Jam 12:30 kelas baru selesai dan perut si Japikkir sudah keroncongan. Dia mengajak sahabat baik-nya Ruhe Sangkoso untuk bersantap siang. Ruhe adalah anak mahasiswa seangakatan-nya yang berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Kenapa Japikkir “Anak Medan” bisa berteman baik dengan “Anak Nganjuk”? Siapa yang tau. Mungkin, mereka berdua selalu blak-blak-an satu sama lain dalam memberi dan menerima pendapat masing2.
Sebagai orang yang merantau, tentunya, Japikkir dan Ruhe memilih tempat yang berkategori "Murah Meriah” untuk tempat makan siang. Keputusannya pada saat itu adalah "WarTeg" (Warung Tegal) di dekat Fakultas Teknik.
Setelah menyelisip diantara bangku panjang dan kain penghadang matahari, Japikkir dan Ruhe mendapat tempat duduk yang boleh dikatakan strategis tetapi dekat ke tungku masakan. "Standard Pesanan" mereka berdua adalah: satu mangkok sup daging, seporsi nasi, satu sambal telor-ayam, dan teh untuk minuman.
Pesanan mereka
segera datang dengan cepat, lebih cepat dari fast-food McDonald. Ruhe dan
Japikkir menikmati makanan “WarTeg “yang hangat dengan keringat yang mencucur
dari dahi dan pipi. Mereka tidak tahu apakah keringat ini disebabkan oleh
kepanasan duduk dekat tungku pada terik matahari Salemba, atau memang sambal
telor-ayam yang men-trigger pelepasan hormon endorphins di otak mereka berdua. Regardless,
makanan siang ini mereka nikmati secara physical dan spiritual.
Setelah selesai
makan, Ruhe mengeluarkan dari kantongnya rokok Dji Sam Soe (234 = 9) yang berbungkus
warna kuning-lumpur, dan menyulut rokok tersebut. Setelah menarik asap rokok
tersebut kedalam paru-parunya sedalam mungkin, dia secara artistic melepaskan
asap rokok tersebut melalui hidung dan mulut. Dia tidak menawarkan Dji Sam Soe-nya
ke Japikkir, karena dia sudah tau bahwa si Japikkir tidak suka merokok.
Setelah bayaran,
mereka berdua keluar dari “WarTeg” dengan melangkah pelan-pelan di jalan aspal
yang sejajar dengan Fakultas Teknik menuju ke arah Bengkel dengan tujuan akhir
ke perpustakaan Fakultas Ekonomi. Mereka melewati Kantor Pos dan Posko MenWa.
Sewaktu berjalan menuju ke perpustakaan, mereka selalu ber-philosophi,
berdebat, dan tukar pikiran tentang hidup secara general, science (i.e., Kimia
dan Fisika), dan musik (Jazz dan Rock).
Sesampai di
Perpustakaan Fakultas Ekonomi, mereka berdua masuk ke ruangan di sebelah kiri
yang tidak ber "air conditioned" yang bisa digunakan oleh murid-murid
yang bukan dari Fakultas Ekonomi. Kesebelah kanan, ada ruangan kaca yang besar
dilengkapi dengan "air conditioned" yang di designasi khusus hanya
untuk murid-murid Fakultas Ekonomi. Kalau masuk ke perpustakaan ini si Ruhe
selalu ngedumel ke si Japikkir, “Huh……usia masih muda kita2 ini sudah deperkenalkan
dengan cara2 elitisme seperti ini.”
Japikkir selalu membalas, “Sudahlah Rek, tak usah dipikirkan, yang jelas kita
diperbolehkan memakai fasilitas mereka sampai malam hari.”
Setelah duduk di
kursi pilihan masing-masing, mulai-lah mereka membaca buku-buku text yang berbahasa
Inggris untuk ujian2 yang akan mereka tempuh seminggu mendatang. Kedua
mahasiswa ini membaca text books berbahasa Inggris untuk memaksakan mempertajam
kemampuan mereka bahasa Inggris. Tidak jarang setelah membaca selama dua jam mereka
terkantuk-kantuk karena panasnya udara di perpustakaan dan terlena dengan kepala
yang terletak di meja perputakaan. Tiba-tiba, Ruhe membangunkan Japikkir dari mimpi
yang indah sedang berlanglang buana di negara Uncle Sam dan berkata "Hei
bangun!!"…...."Yok ... ngopi dan makan tahu goreng...!!!" Sambil terbangun si Japikkir mengigau dan
berkata ke Ruhe, “Bah.. masih di Salemba aku rupanya!” Ruhe hanya bisa tersenyum
dan berkata, “Bermimpi disiang bolong saja kerjamu Japikkir!!”
Mereka meninggalkan
buku-buku di perpustakaan dan berjalan menuju ke Fakulats Teknik dengan memakai
jalan aspal yang digunakan sebelumnya. Kali ini mereka nongkrong di “WarTeg”
yang mem-fasilitasi-kan goreng-gorengan termasuk tahu, tempe, ubi, dan pisang
goreng. WarTeg ini juga menyidangkan kopi tubruk, kopi susu, dan teh manis.
Biasanya mereka
berdua mempunyai "Pesanan Special" yang sudah dikenali oleh pemilik
warung. Special Order ini adalah tahu yang digoreng "60% mateng" sampai
sebelum membentuk kulit luar yang crispi.
Tahu ini dimakan dengan kecap manis ABC dan cabe rawit hijau yang
di-iris kecil-kecil oleh bapak pengelola WarTeg.
Perjalanan tahu ini
melalui tenggorokan dilancarkan dengan penegukan kopi tubruk manis. Fungsi kopi
manis ini juga untuk menetralisasikan kepedasan yang di stimulasi oleh cabe
rawit yang di kunyah mereka. Seperti makan siang, sebelumnya, mereka mengulangi
kembali "ritual" keringat dan stimulasi produksi Endorphins di otak.
Seperti biasa, Ruhe
menyulut Dji Sam Soe dengan cara khas-nya; tetapi kali ini dia mengambil bubuk kopi
tubruk nya dan mengoles bubuk kopi ini di rokok Dji Sam Soe nya. Hanya dia yang
tahu apa effek dari bubuk kopi ke rokok Dji Sam Soe yang di-sulutnya. Setelah
selesai makan tahu dan ngopi mereka kembali ke perpustakaan menekuni buku-buku
sampai Jam 10:00 malam.
Setelah
mengumpulkan buku-buku, mereka keluar dari Perpustakaan menuju ke arah Salemba
Raya dengan melalui Taman Fakultas Ekonomi. Terkadang mereka bersapa dengan
Bang "Siregar" yang menguasai daerah Taman. Bang Regar adalah Alumni
FE yang belajar di UC Berkeley tetapi pulang ke Indonesia tanpa degree.
Menurut cerita yang
disinyalir dari mulut-ke-mulut, Abang Regar ini pikirannya agak terganggu karena
dia kembali ke Indonesia tanpa meraih PhD degree dari UC Berkeley. Kalau
ketemu Bang Regar, Ruhe pasti menawarkan rokok ke-dia. Japikkir dan Ruhe langsung
merogoh kantong masing-masing kalau ada sisa koin-koin dikantong se-habis makan
tahu di WarTeg untuk diberikan ke Bang Regar.
Setelah keluar
gerbang disamping Mesjid Universitas, mereka menyebrang Salemba Raya dengan menggunakan
Sky-Walk. Dengan “Simple Goodbye Gesture”, Japikkir turun tangga ke kanan dan Ruhe
turun tangga ke kiri. Ruhe berjalan menuju Halte Bus yang menuju ke Rawamangun
dimana dia tinggal di Asrama Universitas. Japikkir langsung berjalan kaki ke
Salemba Tengah menuju rumah Indekos-nya. Ritual ini mereka ulangi ber-tahun
tahun sampai mereka selesai kuliah.
Kedua sahabat ini
dipisahkan oleh mimpi2 mereka masing. Ruhe mengejar mimpinya bekerja dengan
perusahaan Multinational dan Japikkir pergi mengejar yang pernah diimpikannya
di siang bolong.
No comments:
Post a Comment