Tuesday, October 20, 2015

Sahabat Baru dan Lama, Ayam Goreng, dan Soto Madura


Oleh: Zapheeker Sina Otto


Setiba di Juanda International Airport Surabaya (SUB) minggu sore sekitar jam 1:00, aku di jemput oleh Pak Fanri salah seorang kolega dari Universitas di Surabaya. Setelah kuambil koperku dari Baggage Claim, aku menuju ke arah pintu keluar Bandara Juanda dengan berjalan perlahan-lahan sambil men-scan dengan mata yang tajam kearah para penjemput di Bandara kalau2 aku bisa men-lihat Pak Fanri yang sudah berjanji menjemput-ku. 


Hanya sekitar sepuluh langkah keluar dari pintu, Pak Fanri sudah melambaikan tangan sambil menyongsong ku dan aku menyapanya dengan senyum. Setelah berpapasan, kami sama2 mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan erat sambil serentak ber-kata “Apakhabar Pak!!!”

“Makasih Pak sudah menjemput saya” ku ucapkan ke Pak Fanri.

“No Problem” jawab-nya.

“Tunggu disini yah Pak Jab, saya ambil mobil dari parkiran” kata Pak Fanri.



 
Setelah menunggu beberapa menit, kulihat Pak Fanri berheti didepan ku dengan mobil-hemat-kecil Suzuki Silver. Setelah kami masukkan koper ke bagasi, kami berjalan menuju keluar bandara.

Pak Fanri: “Sudah makan siang Pak Jab?”

Kujawab:  “Belum!!”

Pak Fanri: “Mau makan apa?”

Kujawab: “Yang simpel2 aja!”
 
Kami berhenti di restoran yang terkenal dengan ayam goreng nya di Surabaya. Kami menikmati ayam goreng, sayuran, sambal, gudeg, dan kerupuk yang dimakan dengan nasi putih hangat. Makanan terasa men-trigger sensasi ingatan makanan khas Indonesia di otak-ku. Keringat-pun bercucuran di jidat dan pipiku.

Memang beraneka ragam makanan adalah salah satu unsur yang kunimati di Indonesia. Sebenarnya, tahun lalu aku sudah pernah ke Surabaya untuk memberi kuliah di Universitas yang sama. Pak Fanri mempunyai ide yang baik untuk memperluas wawasan murid2nya untuk berinteraksi dengan dosen2 International. Aku ketemu Pak Fanri secara kebetulan di salah satu acara di Universitas di Semarang. Setelah pertemuan ini kami menjadi sahabat baik dan sering saling tukar pikiran tentang tridharma perguruan tinggi ke arah yang lebih positve.   

Setelah selesai makan siang, aku di drop Pak Fanri ke Hotel yang yang berada dekat ke Universitas-nya. Setelah, mandi dan istirahat sejenak, aku mendapat WA dari si Zali kawan sebangku di SMA di Medan yang pindah tahun lalu dari Jakarta ke Surabaya. Si Zali and aku belum pernah ketemu setelah masing2 mencar dari Medan ke Jakarta dan Bandung beberapa decade lalu. Kami bertemu di Lobby Hotel dan saling merangkul mengingat persahabatan lama kami. Kami masing2 tersenyum gembira sejenak tanpa kata2.


Setelah ngobrol setengah jam, kami jalan kaki keluar Hotel ke restoran di sebelah Hotel-ku. Aku menikmati Soto Madura dan si Zali menikmati sate yang di pesan-nya. Kami ngobrol ngalor-ngidul sampe jauh malam hari dan restoran-pun sudah kosong. Di luar restoran, kami meminta Pak SatPam mengambil foto kami berdua dibawah Sign dari Restoran yang kami singgahi dengan kamera masing2.  Kami berjalan kembali ke Hotel dan si Zali dengan simple Good Bye berjalan menuju parkiran di belakang Hotel dan aku menuju ke lift untuk naik ke kamar ku.

Si Zali masih sama saja seperti yang ku ingat dari dulu yang selalu santun, relax, dan cerdas (alias sharp kalo kata orang Amrik). Sewaktu SMA, memang Zali adalah anak yang lebih pintar dari aku; karena waktu SMA nilai2 ku hanya rata2 dibandingkan si Zali.  Entah kenapa dan mungkin takdir, otak ku mulai terbuka untuk bisa menerima ilmu yang kupelajari setelah aku kuliah di Jakarta. Bedanya sekarang, kami berdua sudah mulai di dekorasi dengan “Silver Lining” di kepala.

Suka-duka perjuangan hidup membuat kita sadar bahwa persahabatan lama dan baru harus tetap di nikmati dan di jaga keberlangsungan-nya. Seperti kata orang bijak, “After all, life is short, we should enjoy it and not waste it with unproductive things.” 

Salam Sejahtera!!

v.v 
 


 













No comments:

Post a Comment